Disini ana tidak sedang mengkritisi sikap bermazhabnya. Tapi semacam puber sehingga membenarkan apa yg selama ini dia ingkari. Seperti misalnya tawassul di kuburan.
Kasiannya golongan ini seperti ingin balas dendam terhadap kelompok lamanya, atau seperti terkaget-kaget melihat pendapat2 yg hadir dihadapannya. Sehingga berakhir seperti yang ana isyaratkan diatas, bahkan ada yang sampai membenarkan kesyirikan.
Ikhwan bermazhab oke. Karena para ulama juga bermazhab. Tapi jangan keselek, sehingga seolah semua yg diperselisihkan hukumnya dalam buku2 fikih jadi dia anggap khilafiyah lah, atau Ijtihadiyah lah. Karena gak semua khilafiyah mu'tabarah, dan gak semua yang dianggap ijtihadiyah berpahala malah kafir bisa!
Yang belakangan muncul, soal perayaan Maulid. Saya rasa gak ada disini seorangpun ustadz yang menganggap merayakannya khilafiyah/ijtihadiyah atau alias boleh.
Apakah ia ibadah? Semua yang merayakannya menilainya ibadah.
Kalau menurut mereka ibadah, apa ada ibadah sedangkan Nabi & para shahabatnya semuanya tidak satupun yang melakukannya?!
Bid'ahnya merayakan Maulid sudah jadi ciri Salafi Ahlussunnah yang membedakan mereka dengan Ahlul bidah.
Kemudian mempopulerkan bahwa masalah ini khilafiyah/ijtihadiyah, siapa yang diuntungkan? Bukankah mereka yang membungkusnya dengan beragam macam kesyirikan?! Jadi apa perlunya.
Kita beragama bukan untuk keren2an, sok-sok an, tapi mencocoki jalan salaf terdahulu.
"Kamu jadi pengekor kebenaran itu lebih baik daripada pemimpin tapi dalam kesesatan."
Dan bukan berarti pisah dengan kelompok lama berarti semua yg ada pada mereka batil seluruhnya!
Hendaknya seseorang malu saat dia merasa mengajak kepada tauhid tapi kalah dalam istiqamahnya dalam sunnah dengan orang yg diklaim menyelisihi sunnah. Apa2 jadi boleh!
Wallahua'lam
~ Ustadz Jafar Salih.