Langkah kongkret menuju kekufuran yang nyata ini ialah menjadikan invidu muslim menjadi seorang menjadi pluralis, dengan tipu daya kampanye modernisasi berpikir dan selanjutnya modernisasi beragama. Modernisasi selalu ditafsirkan dengan berkiblat ke barat, ya karena merekalah yang dikesankan selama ini anti kuno dan lambang kemajuan sehingga mau tidak mau langkah selanjutnya ialah westernisasi. Orang-orang yang menyuarakan hal ini bak reformis yang dielu-elukan sebagai pemberharu dan anti kejumudan.
Jauh-jauh hari mereka telah menitipkan anak asuh mereka dibarisan kaum muslimin yang anak asuk para kuffar ini yang getol mendobrak kebenaran yang absolut dari kitab suci, lagu lama mereka selalu dibenturkan dengan akal dan akal sehingga mereka mulai berani mengkritisi tafsir bil ma'tsur (tafsir berdasarkan riwayat), mengkritisi berita-berita yang shahih tentang perkara ghaib, menanamkan keraguan akan keshahihan hadits-hadits yang telah jelas kevalidannya berdasarkan penilaian para ulama hadits, dan puncaknya mengkritisi kebenaran mutlak Wahyu serta mengkonfrontasikan syari'at dengan logika manusia yang serba terbatas.
Masa-masa penjajahan bangsa barat ke berbagai negeri Islam benar-benar berpengaruh dalam menjalan misi pendangkalan aqidah ummat. Selain mengeruk keuntungan dengan merebut tanah, SDA & SDM (perbudakan), misi mendangkalkan Aqidah ummat adalah landasan awal mereka dahulu sebagaimana semboyan gospel gold glory. Di tanah air sendiri, Boedi Oetomo adalah contoh ril yang menjadi contoh anak-anak basuh kafirin yang dititipkan ditengah barisan kaum muslimin untuk merusak dari dalam.
Sadar atau tidak sadar, saat inilah hari-hari dimana mereka telah mencengkram kuku-kuku mereka untuk bersiap mematuk sesiapa saja yang menentang mereka. Sasaran empuk mereka saat ini bukan hanya individu-individu muslimin, namun juga para penyelenggara negara yang kaum muslimin menjadi mayoritasnya sehingga ide-ide Sekulerisme diterapkan, tentunya dengan propaganda bahwa syari'at adalah momok dan musuh bersama, ditanamkan nilai-nilai nasionalisme tanpa dasar sehingga siap melibas agama sekalipun jika dianggap kontra.
Lihatlah keluar, bagaimana sikap mayoritas kaum muslimin saat ini ketika anda menyodorkan kepada mereka "wajibnya berhukum dengan hukum Allah", "kufurnya menerapkan dan Ridha dengan hukum thaghut", apalagi jika ide khilafah yang merupakan kebenaran (namun dinodai oleh hti). Apa respon dan reaksi kaum muslimin ? Mereka akan mencap anda sebagai radikalis, isis, HTI.
Begitu juga, apa respon mereka tatkala anda menyuarakan "haramnya mengucapkan hari raya kafir", "kafirnya membenarkan ajaran agama lain". Semua akan bersuara bahwa anda adalah intoleran, isis, radikalis, HTI. Mengkafirkan ummat ter-efektif saat ini bukanlah memasok misionaris di basis-basis muslimin lemah iman dan ekonomi, atau mengirim pria-pria tampan untuk kemudian memacari muslimah dan di-murtad kan, namun menjadikan mereka menjadi sekularis, Pluralis adalah langkah kongkret yang telah menuai hasil.
Allahul Musta'an
Oleh : Ustadz Abu Hanifah Jandriadi Yasin
Tanggal : 18 September 2018
Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=770378496749464&id=100013319622062&mibextid=Nif5oz