Oleh: Syeikh Umar Mahmud Abu Umar Abu Qatadah Al-Falestini hafizhahullah
Pelajaran yang nampak pada peristiwa Thufan Al-Aqsha; bahwa tanzhim-tanzhim siri (organisasi-organisasi klandestin) berhaluan ahlus sunah wal jamaah yang beroperasi di negara yang dikuasai oleh tirani tidak berhasil meraih tujuan. Mayoritasnya gagal dan bubar. Mereka yang sukses meraih tujuan secara kualitatif dan kuantitatif hanya tanzhim yang berhasil menguasai sebagian teritorial.
Dengan kehadiran wilayah dalam kendali, mereka menemukan kemampuan tinggi untuk kapasitas produksi dan pengembangan, pengorganisasian secara profesional, militerisasi dan mobilisasi. Kehadiran teritorial pada eksperimen gerakan Islam kontemporer akan merealisasikan tujuan tanzhim. Alasannya adalah kembali pada objektivitas perkara ini yaitu kebutuhan primer akan basis aman untuk membangun amal Islami.
Terdapat sebab lain kegagalan kebanyakan tanzhim yaitu berkaitan dengan karakter Sunni. Ahlus sunah sepanjang sejarah selalu hidup di masyarakat secara terbuka tidak melakukan taqiyah dan siriyah (kerahasiaan) karena tidak dibutuhkan. Tidak seperti kelompok-kelompok minoritas, mereka semua melakukan taqiyah sebab itu mereka sukses mengendalikan lembaga-lembaga di negeri Islam. Sedangkan ahlu sunah yang mayoritas, tidak cocok bekerja secara siriyah padahal kerahasiaan merupakan keharusan bekerja di bawah otoritas rezim.
Lalu apa kekuatan Sunni?
Kekuatan Sunnah ada pada jumlahnya, kekuatan mobilisasi, oleh karena itu dari sinilah perlunya suatu gagasan untuk melakukan perubahan. Umat ini tidak kekurangan pemimpin dan orang-orang hebat. Mereka tumbuh dalam lingkungan dan karakter terbuka. Tidak ada pemimpin ahlus sunah yang tumbuh dalam lingkungan rahasia dan tertutup. Hanya kelompok lain yang tumbuh dalam lingkungan rahasia dan tertutup.
Tulisan ini bukan pengabaian mengenai pentingnya bekerja secara klandestin, melainkan sebuah analisis terhadap realitas kita sejak munculnya negara tirani, keadaan tanzhim-tanzhim dan kebutuhan teritorial yang aman bagi amal Islam.
Fitrah kaum Sunni menekankan dakwah kepada Allah, amar ma’ruf nahi munkar, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya mendorongnya bekerja secara terbuka, menggalang komunitas besar, publikasi dan penerangan. Fakta ini bertentangan dengan pekerjaan secara rahasia. Peristiwa-peristiwa besar kontemporer yang digerakkan oleh ahlus sunah tercapai karena penggalangan massa terbuka, yang pemimpinnya lahir dari masyarakat terbuka dan hidup bersama mereka.
Sangat perlu sebuah teritorial aman untuk membangun amal Islami yang memiliki pengaruh dan bisa melakukan perubahan seperti kasus Gaza, Hamas dan Brigade Al-Qassam. Sedangkan kasus Taliban, tidak membatalkan gagasan ini justru menguatkannya karena keduanya hasil dari produksi gerakan yang luas.
Gagasan pemikiran ini perlu kajian lebih mendalam.
Penerjemah: Zen Ibrahim hafizhahullah, Rabu 1 Jumadil Awal 1445"
https://t.me/pustakaqolbunsalim/1625
https://t.me/mfebby_angga/3268
.