Dari Muhammad bin Abdulwahhab.
Kepada Abdurrahman bin Rabi'ah sallamahullah ta'ala :
Surat anda telah saya terima, dimana anda bertanya tentang banyak hal. Anda katakan bahwa niat anda adalah mengikuti kebenaran. Diantara hal - hal tersebut : Perkara tauhid.
Bukan hal yang samar bahwa tatkala Nabi mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau berpesan : " Awal dakwahmu adalah mengajak mereka agar mentauhidkan Allah. Jika mereka memenuhi ajakanmu ini, maka ajarkan bahwa Allah mewajibkan lima sholat atas mereka dst ". Jika seseorang tidak didakwahi agar menunaikan sholat kecuali sesudah mengetahui tauhid dan tunduk kepadanya, maka bagaimana lagi dengan perkara - perkara cabang yang diperselisihkan ulama ??.
Ketahuilah, tauhid yang didakwahkan para rasul dari rasul pertama hingga terakhir adalah mengesakan Allah dalam semua ibadah, tidak ada hak sedikitpun bagi malaikat maupun nabi terlebih selain keduanya. Oleh karenanya tidak ada doa kecuali hanya kepadaNya, sebagaimana Dia berfirman:
وأن المساجد لله فلا تدعوا مع الله أحدا
(( Masjid masjid itu adalah milik Allah maka jangan kalian berdoa kepada seorangpun disekutukan dengan Allah )).
Maka, barangsiapa siang - malam beribadah kepada Allah, namun kemudian ia berdoa kepada nabi atau wali disisi kuburnya, berarti ia telah mengangkat dua ilâh, ia tidak bersyahadat lâ ilâha illallâh. Karena ilâh adalah yang ditujukan kepadanya doa. Contohnya praktik musyrikun dizaman ini disisi kubur Zubair atau Abdulkadir atau yang lain. Dan contoh lain lagi, praktik disisi kubur Zaid dan lainnya.
Dan maka barangsiapa yang menyembelih seribu hewan kurban lillâh, kemudian menyembelih binatang dikorbankan untuk nabi atau yang lain, berarti ia telah mengangkat dua ilâh, sebagaimana Allah firmankan :
قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين.
(( Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah pencipta seluruh makhluk dst )).
Nusuki artinya sembelihan.
Begitulah seterusnya, anda analogikan sendiri.
Barangsiapa mengikhlaskan seluruh ibadahnya lillâh dan tidak berbuat kesyirikan didalamnya, dialah yang bersyahadat lâ ilâha illallâh.
Dan barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah ia sekutukan denganNya, maka ia adalah musyrik, ingkar terhadap ucapannya lâ ilâha illallâh.
Kesyirikan yang telah dibicarakan oleh Allah ini, sekarang merajalela dibelahan bumi timur dan barat. Kecuali para ghuraba yang telah disebut sebut dalam hadits, dan betapa sedikitnya mereka ini.
Persoalan ini tidak ada silang pendapat dikalangan ulama dari semua madzhab. Sebagai buktinya, cermatilah bab hukum murtad yang dimuat disetiap kitab madzhab. Cermati setiap point yang mereka paparkan, yang menjadikam seorang muslim murtad, halal jiwa dan hartanya. Diantaranya, barangsiapa yang menetapkan perantara antara dirinya dgn Allah, bagaimana dlm kitab Iqna' dihikayatkan ijma' akan kemurtadannya, kemudian cocokkan dengan apa yang disebutkan ulama dalam kitab mereka. Jika anda temukan ada silang pendapat dalam kasus ini maka tunjukkan kepada saya. Namun jika ijma ini menurut anda shahih, yaitu kafirnya pelaku ini atau yang menyetujui atau yang membelanya, maka ketahuilah, bahwa Muwais, Ibnu Ismail dan Ahmad bin Yahya di tempat kami telah mengingkari tauhid ini serta bara'ah darinya dan dari ahlinya, sekarang ini mereka sedang giat menghalangi orang darinya.
Jika anda istiqamah diatas tauhid ini, mengetahuinya dan mendakwahkannya dengan memusuhi mereka, terutama Ibnu Yahya, tokoh mereka paling najis dan paling berat kafirnya, juga anda bersabar atas rintangannya, maka anda akhuna wa habibuna. Kemudian hal - hal yg anda sebutkan layak kita diskusikan. Namun jika anda tidak istiqamah diatas ilmu dan amal tauhid ini, dan tidak memperjuangkannya, maka hal - hal tersebut tidak perlu kita diskusikan. Wallahu a'lam. ( Ad Durar 10/60 - 62 )
Oleh : Ustadz Jabir Abu Unaisah
Tanggal : 30 September 2023
Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02LBKCyCWzjbUfuZHicuM34g6yx9KY6Hz7wPXtEokYymB9DTjMW7HZfL7xazXCnZGbl&id=100015685594811&mibextid=Nif5oz