Keduanya dari akar kata yang sama, yaitu: ص-ل-ح, namun ada perbedaan makna di antara keduanya, ((shalih)) artinya orang baik, sedangkan ((muslih)) artinya orang baik dan mengajak orang lain menjadi baik.
Kebanyakan manusia mencintai orang ((shalih)), namun mereka membenci orang ((muslih)).
40 tahun nabi menjadi orang shalih, tak satupun manusia membenci nabi, semua mengakui kejujuran nabi, keamanahan nabi, dan keshalihan nabi.
Namun, ketika nabi menerima wahyu di usia 40 tahun, beliau bertransformasi dari ((shalih)) menjadi ((muslih)), mengajak manusia kepada kebaikan, dari syirik menjadi tauhid, dari kufr menjadi iman, dari bathil menjadi Haq...
Maka sejak itulah nabi dimusuhi kaumnya, gelar² buruk dan stigma² negatif disematkan kepada nabi: " Muhammad majnun (gila), Muhammad saahir (penyihir), Muhammad kaahin (dukun), Muhammad syaair (penyair)"
Orang ((shalih)) tak mampu membendung murka Allah kepada sebuah kaum, namun keberadaan orang ((muslih)) meredam amarah Allah pada suatu kaum.
Bukankah Allah berfirman:
(وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِیُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمࣲ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ)
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya ((muslihuun)) orang-orang yang berbuat perbaikan. (QS. hud: 117)
Oleh : Fadlan Fahamsyah وفقه الله
Tanggal : 10 November 2021
Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0cgHF1eZ3gBfDEvo4dSr2fGMbDRTWpBN5x3Mza2fYnd9LGv57RqRV75RBWTW8HWVPl&id=100004358714062&mibextid=Nif5oz