Tanggapan Antum yang dipotong lalu dimunculkan hanya bagian atas lalu channel Abû Fairûz mentajuk bahwa itu muntahan isi perut Antum, lalu Abû Fairûz berkata: "Sekedar ejekan dan peremehan macam itu tidak perlu digubris." Lalu dia bawakan dalîl:
"Dari Abû Sa'îd Al-Khudrî Radhiyallâhu 'Anhu yang berkata: Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ.
"Dan tidaklah seseorang diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran". Hadîts riwayat Al-Bukhârî dan Muslim.
Juga seperti di dalam syair:
إذا أراد الله نشر فضيلة * طويت أتاح لها لسان حسودِ
ولولا احتراق النار ما جاورت * ما كان يعرف طيب عرف العودِ
"Jika Allâh ingin menyebarkan suatu keutamaan yang tersembunyi, Dia akan memberikan kepadanya lidah orang yang sangat pendengki.
Seandainya bukan karena pembakaran api terhadap apa saja yang ada di dekatnya, niscaya wanginya aroma gaharu tidak dikenal".
Itu tanggapan Abû Fairûz.
Jawaban:
Alhamdulillâh sudah kita sebutkan berkali-kali bahwa murjî semisal Abû Fairûz itu cerdik dan wajar saja kalau menggunakan cara pengalihan. Menggunakan dalîl keutamaannya yang bersabar lagi, mengesankan dirinya seolah-olah penyabar, tentu penyabar tapi penyabar di atas manhaj murji'ah. Orang-orang musyrik juga pada bersabar menyembah kuburan sebagaimana sabarnya Abû Fairûz di atas manhaj murji'ah, karena memang semua merasa di atas manhaj salaf masing-masing, orang-orang musyrik benar-benar berpegang kepada manhaj salaf mereka yang telah menyerukan untuk tetap bersabar di atas 'aqîdah mereka:
وَٱنطَلَقَ ٱلۡمَلَأُ مِنۡهُمۡ أَنِ ٱمۡشُوا۟ وَٱصۡبِرُوا۟ عَلَىٰۤ ءَالِهَتِكُمۡ إِنَّ هَـٰذَا لَشَیۡءࣱ یُرَادُ
"Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka sambil berkata: "Pergilah kalian dan bersabarlah kalian (dengan tetap menyembah) sesembahan-sesembahan kalian, sesungguhnya ini benar-benar suatu perkara yang dikehendaki." [Surat Shãd: 6].
Sekali lagi kasihan Abû Fairûz ini, sudah menggambarkan dirinya penyabar, namun kenyataannya malah menunjukkan ketidaksabarannya hingga berani menggambarkan seolah-olah ada yang sangat pendengki kepadanya. Kalaulah dia sedang menggambarkan keutamaan tersembunyi pada dirinya seperti pada pendalîlannya dari syâ'îr itu, maka keutamaan manalagi yang mau dibanggakan jika masih bermanhaj murji'ah yang telah menyamakan antara orang-orang bertauhîd dengan orang-orang meninggalkan tauhîd?!:
قُلۡ أَفَٱتَّخَذۡتُم مِّن دُونِهِ أَوۡلِیَاۤءَ لَا یَمۡلِكُونَ لِأَنفُسِهِمۡ نَفۡعࣰا وَلَا ضَرࣰّاۚ قُلۡ هَلۡ یَسۡتَوِی ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِیرُ أَمۡ هَلۡ تَسۡتَوِی ٱلظُّلُمَـٰتُ وَٱلنُّورُۗ أَمۡ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَاۤءَ خَلَقُوا۟ كَخَلۡقِهِۦ فَتَشَـٰبَهَ ٱلۡخَلۡقُ عَلَیۡهِمۡۚ قُلِ ٱللَّهُ خَـٰلِقُ كُلِّ شَیۡءࣲ وَهُوَ ٱلۡوَ ٰحِدُ ٱلۡقَهَّـٰرُ
"Katakanlah: "Pantaskah kalian mengambil pelindung-pelindung selain Allâh, padahal mereka tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak madarat bagi dirinya sendiri?" Katakanlah: "Samakah orang yang buta dengan yang dapat melihat? Atau samakah yang gelap dengan yang terang? Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allâh yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allâh adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Al-Wâhid (Yang Maha Esa) lagi Al-Qahhâr (Maha Perkasa)." [Surat Ar-Ra'd: 16].
Adapun perkataan mereka pada judul "Muntahan Isi Perut" maka sepantasnya bagi siapa pun yang perutnya pernah dimasuki virus murji'ah untuk harus bersegera memuntahkannya sehingga virusnya kembali ke inangnya atau kalau tidak dapati inangnya biarlah hinggap ke Abû Fairuznya. Dahulu Abû Bakr Ash-Shiddîq Radhiyallâhu 'Anhu memuntahkan makanan yang diberikan oleh hamba sahayanya, karena dari hasil yang harâm. Yang ini tentu akan memadharatkan rohani bila sengaja dibiarkan masuk dalam perut, adapun virus murji'ah dapat membahayakan jasmanî sekaligus rohanî, maka lebih patut untuk dimuntahkan.
Adapun perbuatan mereka memotong atau memunculkan hanya bagian atas dan tidak menampakkan bagian bawah maka itu memang kesengajaan mereka, karena mereka tahu ada nasehat pengingat dan peringatan dari Samâhatusy Syaikh Shâlih Al-Fauzân Hafizhahullâh wa Ra'âh. Selain itu, mereka juga meniru cara orang-orang Yahûdî yang seseorang dari mereka berzina, di antara mereka sengaja menutupi ayat rajam supaya tidak ada yang dirajam, maka 'Abdullâh bin Salâm Radhiyallâhu 'Anhu yang paling tahu terhadap Taurât berkata:
ارْفَعْ يَدَكَ
"Angkat tanganmu."
Setelah diangkat ternyata ada ayat rajam, yahûdî yang berzina pun dirajam, Walhamdulillâh.
( Muhammad Al-Khidhir ).
⛵️ https://t.me/majaalisalkhidhir/7418