Dulu ikut ngaji di pondok kajian kitab Dhawabith Al-jarh wat-ta'dil (saya salah satu Qari' nya), sebelum ngaji kitab ini saya bermudah-mudah dalam menjarh atau mentadzir (gayanya, padahal seujung kuku aja gak ada hak sedikitpun untuk itu kecuali hanya manut kepada ahlinya).
Ternyata setelah mengikuti kajian kitab itu kok jadi lebih mawas diri dan menahan lisan untuk ikut-ikutan dalam masalah jarh dan tahdzir, apalagi saya lebih mengikuti pendapat para ulama bahwa saat ini sudah berlalu masa jarh ta'dil.
Kenyataan kontras terjadi pada pelajaran fiqih, terutama ketika masuk pembahasan kitabun nikah. Sebelum mempelajari kitabun nikah sudah ada keinginan untuk menikah, setelah mempelajarinya kok malah semakin kencang keinginan nikah ? Bahkan setelah saya menikah, saya mengikuti kembali pembacaan kitabun Nikah, kok malah jadi ingin....
Nah inilah bedanya sajian kitab Dhawabith Al-jarh wat-ta'dil dan kitabun nikah. Makanya mblo jangan galau terus, sesekali lah ngaji kitabun nikah ;)
Oleh : Ustadz Abu Hanifah Jandriadi Yasin
Tanggal : 22 Juli 2017
Sumber : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=324752507978734&id=100013319622062&mibextid=Nif5oz